Bukan hal yang mudah ketika saya harus menjelaskan tarot psikologi pada kalangan ilmuwan psychologist, konselor ataupun therapist. Kebanyakan dari ‘kesinisan’ mereka
adalah tarot bukanlah barang yang ilmiah, apalagi hal tersebut
‘mungkin’ bertentangan dengan ‘nilai’ mereka bahwa menganggap tarot
identik dengan meramal sehingga hal tersebut merupakan dosa besar,
syirik serta melibatkan hal – hal metafisik dan supranatural.
Memang, ketika kami membangun klub ‘Tarot Psikologi’,
kami menyadari bahwa tidak sedikit praktisi yang menggunakan tarot
sebagai sarana untuk ‘mensugesti’ klien atas tebaran yang terbaca dalam
kartu tarot tentang masa depannya, yang kemudian diartikan dengan ‘meramal’. Oleh karena itu, kami membangun ‘Tarot Psikologi’ untuk mencoba memiliki ‘arus’ tersendiri dalam praktek wacana tarot, dengan batasan – batasan yang bersama – sama kami rumuskan dalam Klub Tarot Psikologi. Tarot hanyalah sebuah tools, berupa sistem simbol untuk menyingkap isi ketidaksadaran manusia.
Tarot bukan terjadi atas dasar kebetulan belaka atau digerakkan oleh
kekuatan magic, sehingga tebaran kartu tarot dapat senantiasa sejalan
dengan ‘program pikiran bawah sadar’klien. Namun ‘kebetulan yang bukan kebetulan’ tersebut berjalan secara alamiah atas dasar prinsip ‘sinkronitas’ dengan ketidaksadaran kolektif, seperti yang diungkapkan oleh Carl Gustav Jung.
Sehingga kami menyatakan bahwa ‘Tarot Psikologi’ merupakan hal yang
ilmiah dan alamiah serta menjauhkan diri dari praktek yang berkaitan
dengan energi metafisik atau supranatural.
Namun,
ketika berbicara tentang keilmiahan ‘Tarot Psikologi’, seringkali
ukuran yang dipakai oleh orang yang ‘masih skeptis’ dengan tarot adalah
ukuran ‘empiris’ dengan hitungan ‘matematis - kuantitatif’.
Sehingga pembicaraan menjadi tidak ‘nyambung’ dalam menerima ‘Tarot
Psikologi’ pada kerangka berpikir yang mereka gunakan. Walaupun dalam
praktek “Tarot Psikologi” mereka mengakui hal tersebut bisa terjadi.
Hal yang sering terlontar adalah kata – kata “Kok Bisa Ya ???”. Hal tersebut bisa terjadi namun masih belum masuk dalam ‘logika’ mereka.
Oleh karena itu, saya mencoba memperdalam kajian Psikologi Transpersonal yang ternyata dapat menjelaskan system symbol dalam kartu tarot. Dalam praktek saya sebagai seorang konselor dan hypnotherapist ternyata ‘Tarot Psikologi’ dan kerangka ‘Transpersonal Psychology’ menjadikan proses konseling dan terapi menjadi lebih ‘bernilai’. Ada ‘paradigma’ yang berubah ketika kita memiliki kerangka berpikir tersebut. Berikut saya ingin sedikit berbagi terkait dengan Membongkar
‘sub kepribadian’ dalam ‘pola berulang’ (fractal) pada kehidupan klien
melalui “Tarot Psikologi” dan “Transpersonal Hypnotherapy”.
Pola Berulang (Fractal) pada Kehidupan Manusia
Tahukah
Anda, bahwa tanpa disadari seseorang menjalani “Program Pikiran” yang
berlaku dalam kehidupannya. Ada seseorang yang memiliki tema “Si KALAH”, karena mulai dari kecil ia KALAHdengan kakaknya, waktu sekolah ia KALAH dengan teman – temannya, waktu kerja ia KALAHdengan teman kerjanya, waktu menikah iapun KALAH dengan istrinya. Ada seseorang yang memiliki tema “Si JELEK”, Si KECIL”, “Si MENDERITA”, “Yang DITOLAK”, “Yang SENDIRI” dsb … dsb…. Tahukah Anda itu terjadi dalam setiap fase kehidupannya. Itulah yang disebut dengan Sub Kepribadian, dalam Pola Kehidupan Berulang yang disebut dengan FRACTAL.
John Rowan dalam ‘Subpersonalities: The people inside us’ mendefinisikan subkepribadian sebagai berikut: “... suatu wilavah di kepribadian yang setengah permanen dan setengah otonom, yang mampu untuk bertindak seperti seorang manusia ....” Sedangkan Virginia Satir menyebut subkepribadian sebagai ”Wajah Saya yang Beragam”. Selanjutnya
oleh Margriet Rueffler menjelaskan bahwa Subkepribadian berfungsi
sebagai alat untuk mengekspresikan diri ke dalam dunia dan sebagai lensa
melalui mana kepribadian dapat dirasakan, hidup dan dialami. Sebagai
struktur psikodinamika yang aktif, mereka mencari pemenuhan kebutuhannya
melalui pengekspresian dirinya di dunia luar.
Dari pemahaman tersebut, akhirnya saya memiliki kesimpulan bahwa :
“Segala
permasalahan setiap manusia sebenarnya ‘ditarik sendiri’ oleh manusia
itu sendiri sesuai dengan ‘program pikiran bawah sadarnya sendiri’
yaitu Sub Kepribadian dalam pola kehidupan berulang (fractal) manusia
itu sendiri”.
Oleh
karena itu dalam praktek yang sering saya lakukan ternyata sistem
simbol dalam kartu tarot ternyata mampu mengungkap ‘Sub Kepribadian”
yang berjalan dalam ‘Pola Berulang (fractal) pada kehidupan klien.
Sehingga therapist tidak lagi berkutat pada permasalahan ‘yang berulang
kali’ muncul yang sebenarnya ditarik sendiri oleh ‘program pikiran
bawah sadarnya. Justru yang perlu kita benahi adalah bagaimana kita
dapat membongkar ‘sub kepribadian’ dalam ‘pola berulang’ (fractal) pada kehidupan klien, sehingga
klien dapat menjalani hidup menjadi lebih baik, sukses, bahagia,
berkelimpahan dan ‘apapun sebutannya’ yang justru akan mendatanginya.
Selanjutnya
jika kita telah dapat menyingkap isi ketidaksadaran tersebut tentang
sub kepribadian yang berjalan dalam program pikiran bawah sadarnya, kita
dapat menindak lanjuti dengan terapi. Saya mencoba mengkolaborasikan
teknik hypnosis dengan prinsip – prinsip psikoterapi transpersonal, yang
sering saya sebut menjadi “Transpersonal Hypnotherapy”. Secara ringkas saya membagi menjadi 4 langkah, yaitu :
- 1. MERASAKAN & MENERIMA
Hal mendasar yang sangat penting dilakukan oleh sorang klien dan therapist adalah ‘KESADARAN’, yaitu kesadaran atas apapun yang dirasakan oleh dirinya. Prinsip yang kita gunakan adalah tahap ini adalah “Rasakan” dan “Terima” apa
adanya. Sehingga kita dapat sejenak mengabaikan “pikiran logis” kita.
Kata – kata “Kok Begini”, “Ah, Gak Begini”, “Mana Mungkin Aku Begini”
dan sebagainya harus kita lenyapkan, karena itulah yang dinamakan “Kelekatan Masalah”. Sehingga kita dapat“Merasakan” & “Menerima” diri kita apa adanya.
- 2. ME - RELEASE & MELEPAS
Selanjutnya kita dapat “Me-Release” khususnya enam emosi negatif yang senantiasa mengungkung hidup kita yaitu “MARAH – TAKUT – SEDIH – APATIS – BANGGA – NAFSU”.Karena
sepanjang emosi negatif tersebut masih bersemayam dalam diri kita,
maka itulah “yang kita tarik” dalam kehidupan kita. Hal itu pulalah
yang dilakukan dalam psikoterapi transpersonal “Letting Go” yang dapat dimodifikasikan dengan metode psikoterapi – hipnoterapi serta dengan panduan ‘Tarot Psikologi”.
- 3. MENGALIR
Jika kita telah “Me – Release” enam emosi negative tersebut, hidup kita menjadi lebih ‘lega’ karena kita telah melepas ‘BEBAN’ yang selama ini berada di pundak kita. Oleh karena itu kita dapat “Mengalir”sejalan dengan kehendak Allah SWT (kalo orang ‘lain’ bilang kehendak Alam Semesta). Dengan“MENGALIR” hidup
menjadi lebih ‘Bahagia’, karena pada hakikatnya kebahagiaan -
kesuksesan – keberlimpahan senantiasa mendatangi diri kita sepanjang
kita tidak menutupinya dengan “Hal Negatif” pada diri kita sendiri.
Kebahagiaan - kesuksesan – keberlimpahan BUKAN lah DIKEJAR, namun biarkan hal tersebut mendatangi diri kita sepanjang kita dapat MENGALIR sejalan dengan kehendak Tuhan. Karena kalau kita mengejar yang muncul adalah HASRAT (WANTING), sehingga itulah yang harus coba kita lepas. Melepas Empat Hasrat (Wanting) dalam diri kita yang meliputi :
ü Wanting to Control VS Wanting to be Controlled
ü Wanting Disapproval VS Wanting to Love
ü Wanting Security VS Wanting to Die
ü Wanting to be Separate VS Wanting to be One
Hal
inipun menjadi lebih “enak” ketika klien & terapis dapat
melakukannya melalui metode psikoterapi – hipnoterapi serta dengan
panduan ‘Tarot Psikologi”.
- 4. MEMBERI
Selanjutnya jika kita telah melepas enam emosi negatif & empat hasrat dalam diri kita, kita dapatMENGALIR bersama dalam ridho Allah. Namun pada dasarnya manusia memiliki tanggung jawab sesuai dengan “misi” nya
dalam kehidupannya masing – masing. Sehingga seseorang akhirnya dapat
menjadi lebih bernilai ketika seseorang ‘MEMBERI’ untuk orang lain dan
kehidupan. Karena dengan“MEMBERI = MENERIMA”, memberi apapun
sesuai dengan porsinya dengan bentuk apapun. Yakin lah bahwa apapun
yang kita berikan, baik dalam pikiran, prasangka, perasaan, sikap,
senyum, perbuatan dsb PASTI akan kembali juga pada diri kita kembali.
Sehingga bagi saya itulah hukum LAW of ATTRACTION (LOA) berjalan,
apabila setiap orang menginginkan kebaikan maka kebaikan dirinya lah
yang akan menarik kebaikan dalam kehidupannya. Bukan sekedar kata, bukan
sekedar pemikiran, bukan sekedar mimpi. Namun hal yang harus disatukan
dalam KATA – SIKAP – PERILAKU - RASA – PIKIRAN & HATI.
Hisyam A Fachri
Mind Therapist Psychology
0813.28.707876
Hisyam A Fachri
Mind Therapist Psychology
0813.28.707876
Tarot Nusantara "The Real Art of Tarot"
Hisyam A. Fachri