Ketika mendengar TAROT PSIKOLOGI pastilah kita berasumsi bahwa tarot adalah bagian dari psikologi dan diklaim sebagai sains yang ilmiah, bahkan ada pihak tertentu yang mengatakan bahwa ilmu Psikologi memiliki ‘mashab’ atau aliran khusus yang disebut dengan Tarot, (padahal kita mengenal Behavioristik,Psikoanalisa, Humanistik, Transpersonal dan Positif.) ....Nah, lho.....? Pernyataan inilah yang mengundang pro-kontra bagi mereka yang perduli terhadap kajian tarot.
Sebagai seorang praktisi dan akedemisi tentu saya memiliki sikap skeptis ketika akan memulai kajian-kajian terhadap Tarot (tentunya dilihat dari sudut pandang psikologi....). dan
memang masih banyak orang yang menganggap Tarot sebagai hal yang mistik
atau berkaitan dengan supranatural dan seringkali orang mengkaitkan
Tarot dengan meramal masa depan. Disamping itu tidak sedikit pula orang
yang menganggap Tarot sebagai hal yang tidak ilmiah, hanya permainan,
tidak bisa dipercaya dan cuma kebetulan saja. Jadi, tidak salah ketika
ada pertanyaan : “apakah tarot benar-benar ilmu psikologi yang ilmiah?”
Betulkah demikian ???
Sejauh
pengamatan saya memang ada beberapa praktisi tarot yang menggunakan
tarot sebagai sarana untuk meramal masa depan (dalam arti divinasi) atau bahkan meramal dalam artian fortune telling yaitu
yang meyakini bahwa apapun yang terlihat dalam kartu tarot adalah
sesuatu yang pasti terjadi dan tidak bisa diikhtiarkan untuk berubah.
Namun saya berpendapat lain bahwa sebenarnya dengan kartu tarot kita
mampu melihat dinamika ketidaksadaran (subconscious atau unconscious? ) seseorang, bukan pada fungsi meramalnya yang masih diragukan dan bukan juga mengilmiahkan tarot ke dalam ilmu sains.
Apa benar demikian?
Catatan
Allison Shank dari Washington University, kartu tarot terus memiliki
arti tersembunyi terutama ketika digunakan oleh orang-orang sebagai cara
untuk mengetahui sebuah perspektif tentang hubungan sebab akibat di
masa depannya.
Menurutnya,
tarot tidak hanya mengisyaratkan pada apa yang mungkin terjadi, tarot
juga diyakini bisa membuka keinginan tersembunyi dan mengungkapkan
pikiran bawah sadar individu, sesuai dengan kaidah – kaidah baku dalam
kerangka untuk pencerahan diri, konsultasi atau terapi bagi klien.
Namun, tarot juga menyediakan kebijaksanaan dan bimbingan dalam bidang
rohani.
Ia menambahkan bahwa metode utama untuk memperoleh informasi dari kartu tarot adalah melaluiinterpretasi kartu
dan simbol-simbol, karena setiap kartu memiliki arti yang unik dan
masing-masing kartu mewakili sesuatu, terutama dalam kehidupan.
Adalah salah satu teori psikologi klasik, yaitu teori Psikologi Analitik milik Carl Gustav Jung(1875-1982)
yang disusun lebih dari setengah abad yang lalu. Pada awalnya CG. Jung
adalah pengikut setia dari Sigmund Freud (1856-1939) seorang tokoh
psikoanalisa legendaris. Beberapa konsep utamanya adalah tentang archetype, collective unconsciousness, persona, anima-animus, dan tentu saja simbolisasi sehingga konsep dasar Jung inipun diadopsi ke dalam alat tes kepribadian MBTI (Myers-Briggs Type Indicator).
Carl
Gustav Jung, mengatakan bahwa kita (manusia) hidup dalam dunia yang
penuh dengan simbol-simbol. Dan simbol ini menjelaskan kepada kita
tentang sebuah hubungan baik kepada orang lain atau hubungan kita dengan
alam semesta. Simbol-simbol ini, menjadi esensi murni dari sifat primordialyang
benar-benar nyata. Seperti ketika sebuah cahaya memantulkan bayangan di
dinding, kita tahu bahwa itu hanyalah sebuah bayangan, namun di balik
itu adalah sebuah bentuk yang kekal dan selalu begitu.
Hal
inilah telah dikandung dari bawah sadar kolektif dimana terdiri dari
bentuk-bentuk yang abadi, dan merupakan naluri dari warisan semua umat
manusia dan sadar kolektif ini memberikan arti simbol itu sendiri berupa
harapan dan hubungan yang nyata.
Dengan demikian Ketidaksadaran kolektif menurut Jung adalah sebuah naluri bawaan dari kemanusiaan. ".....Personal
sadar terletak pada lapisan yang lebih dalam, yang tidak berasal dari
pengalaman pribadi dan bukan merupakan akuisisi pribadi tetapi terbawa
sejak lahir. Saya sebut ini sadar kolektif. Aku telah memilih istilah
"kolektif "karena ini bagian dari bawah sadar ini bukan individual
tetapi universal; berbeda dengan jiwa personal isi dan mode perilaku
yang kurang lebih sama di mana-mana dan dalam semua individu, dengan
kata lain, identik pada semua manusia dan dengan demikian merupakan
substrat psikis umum dari. suprapersonal alam yang hadir dalam setiap
satu dari kami. " kata CG. Jung.
CG.Jung sangat perhatian dalam mendefinisikan archetype ini.
Sebagai psikolog, ia berusaha untuk memahami peran bentuk-bentuk
permainan dalam kesadaran kita. Dia memiliki pengetahuan yang tak
habis-habisnya dari sumber mitologi dan mencari hubungan dari
pengetahuan yang bersifat tradisional. Melalui penelitian ini ia
menemukan beberapa tema utama yang dituangkan dalam bukunya "The
Archetypes and the Collective Unconscious", ia menguraikan sebuah
penemuan tema terpenting dan fenomenal yaitu Shadow, Trickster, Anima, Animus, Great Mother, Wise Old Man, Child, Transformation, Mandala and individuation of Self dll.
Dengan menggunakan prinsip sinkronitas untuk mengaitkan arti gambar tarot dengan kehidupan klien. Maka seorang pewacana (atau apalah sebutannya.....) akan
menginterpretasikan gambar kartu tarot yang muncul selama pembacaan,
menjadi representasi perilaku dari kliennya. Nah, dalam proses
pengambilannyalah yang mungkin sebagian orang berasumsi telah
menggunakan kekuatan supranatural, padahal proses bawah sadar melalui
intuisinyalah yang menuntun pengambilan kartu dalam keadaan tertutup,
sehingga kita bisa mengasumsikan menjadi sebuah teori “kebetulan yang bukan kebetulan”.
Walau teori-teori psikologi modern sudah
banyak berkembang dan CG. Jung pun sudah lama meninggal, telah banyak
penelitian-penelitian fundamental terbaru yang dipublikasikan pada
jurnal-jurnal internasional. Lalu, masihkah teori psikologi klasik
tersebut relevan dengan psikologi modern ?. kita tahu bahwa Sains modern sangat kental dengan paham positivisme Auguste Comte (1798-1857). Singkatnya filsuf tersebut menyebut positivisme sebagai sebuah epistemologi yang
semata-mata menggunakan pengalaman inderawi sebagai sarana untuk
mencapai pengetahuan. Jelasnya bahwa psikologi modern sangat kental
dengan syarat ‘pembuktian empiris’ yang didasari padapanca indra.
Maka tidak heran kita menanyakan bukti empiris dari tarot. Apakah pengukuran atau assesmentkepribadian dengan media kartu tarot reliabel, valid, dan objektif sesuai
kaidah psikologi sebagai ilmu modern?. Mana pembuktiannya ?, mana data
risetnya ?. Atau jika hanya digunakan sebagai mediaassesment, apakah sudah teruji efektifitasnya?
Nah,
sampai disini jelaslah bila saya kurang sepakat jika tarot dikatakan
sebagai ilmu psikologi yang ilmiah. Karena perlu diingat faktor
modernisasi ilmu definitif dan tuntutan adanya pembuktian melalui serangkaian penelitian selalu bermetodologi empiris,
sehingga mampu menemukan variable-variablel yang memungkinkinkan untuk
sebuah ilmu pengetahuan yang bersifat sains. Sama halnya ketika seorang
Guru Besar Fakultas Psikologi UI, Sarlito Wirawan mengatakan bahwa
Tarot adalah ilmu semu dalam Psikologi, namun bisa dilihat sebagai
alternatif sarana media konseling dalam Psikologi.
So, jadi Tarot itu sebagai bagian psikologi atau bukan ?
Bila
kajian tarot ditinjau dari pendekatan ilmu psikologi, tentunya saya
menyetujuinya, karena kita bisa berharap dari “permainan” tarot
mendapatkan tool yang baik untuk sebuah konseling kepribadian.
Tetapi bila Tarot merupakan bagian dari ilmu Psikologi, nanti dulu !.
Diperlukan kajian-kajian lebih mendalam seperti halnya CG Jung pernah
melakukannya, sayangnya ia sudah tiada.
Dengan demikian saya ini lebih pas mengatakan bahwa tarot sebagai pseudoscience psychology,atau ilmu pengetahuan/sains yang
masih setengah-setengah. Sama halnya dengan kritikan para ilmuan
psikologi modern terhadap teori psikologi klasik yang miskin pembuktian
empirisnya. Walaupun pemikiran ilmuan-ilmuan psikologi klasik tersebut
tetap memberikan influence yang luar biasa bagi berkembangnya psikologi sekarang.
Jadi, menurut pemahaman saya, untuk saat ini permainan tarot lebih ke arah seni psikologi atautarot yang bisa ditinjau dari sudut pandang psikologi dan bukan dari psikologi ilmiah apa lagi mengatakan bahwa tarot adalah sebuah aliran dari Psikologi, hingga
kita mampu mempresentasikan pembuktian dari kajian-kajian tarot secara
ilmiah dengan pengetahuan psikologi modern, seperti yg saya lakukan saat
ini.
Semoga
catatan ini bisa memberikan kontribusi yang positif terhadap Seni
Permainan Tarot, sebuah tinjauan dari ilmu Psikologi. Terima kasih tuk
Aang Djemba atas inspirasinya
Tarot Nusantara "The Real Art of Tarot"
Hisyam A. Fachri