Selama
ini banyak orang menganggap bahwa tarot identik dengan proses meramal.
Mereka ingin berkonsultasi atas kegundahan hidupnya melalui media kartu
ini. Biasanya, mereka menginginkan penjelasan mengenai permasalahan
yang dihadapi serta mendapatkan jawaban atas apa yang seharusnya
dilakukan. Tidak sedikit pula orang yang sekadar ingin mengetahui masa
depan melalui media kartu tarot. Sebenarnya anggapan seperti itu tidak
salah karena memang ada sebagian praktisi tarot yang menggunakan teknik
“menerawang” (dengan mata batin) masa depan ketika menerjemahkan tebaran
kartu tarot. Namun, dari sekian banyak praktisi tarot, banyak pula yang
mempraktikkan seni tarot tanpa melibatkan unsur cenayang. Ya, memang
benar seni tarot bukanlah hal yang “berat”. Tarot dapat dipelajari oleh
siapa saja. Dan inilah yang akan dikupas dalam buku yang telah hadir di
tangan Anda.
Banyak
praktisi atau pembelajar tarot menganggap ada sebuah “energi” lain yang
menggerakkan terbukanya kartu tarot sehingga (secara kebetulan) dapat
mengungkap keadaan dan permasalahan yang sedang dihadapi oleh klien.
Namun, betulkah demikian?
Saya memercayai bahwa tidak ada yang magic
dalam permainan tarot. Tarot menggunakan prinsip sebab-akibat yang
memang bekerja pada siapa pun. Kalau seandainya hal tersebut bersifat magic,
pastinya “kebetulan” yang terjadi dari pembacaan tarot tersebut
tidaklah berkali-kali. Dari pengalaman dan pengetahuan yang saya
miliki—kebetulan saya juga berkecimpung di dunia hipnosis dan
psikologi—maka dapat disimpulkan bahwa tarot adalah proses komunikasi
dengan pikiran bawah sadar (subconscious) manusia. Sebenarnya hal
tersebut terjadi secara alamiah. Sama seperti pikiran bawah sadar yang
menggerakkan perilaku seseorang menjadi grogi ketika berhadapan dengan
banyak orang. Seperti grafologi yang mampu menerjemahkan pikiran bawah
sadar manusia lewat tulisan dan gambar. Atau sama halnya dengan tes
proyektif dalam dunia psikologi—seseorang bercerita dipicu stimulus
(melanjutkan kalimat atau gambar)—sehingga memunculkan alat SCCT,
Rorschach, TAT–CAT, dan lain sebagainya. Semuanya itu karena apa yang
dilahirkan dari
apa yang dipikirkan, dirasakan, diucapkan, dan dilakukan seseorang merupakan proyeksi dari keadaan dan kepribadian seseorang.
apa yang dipikirkan, dirasakan, diucapkan, dan dilakukan seseorang merupakan proyeksi dari keadaan dan kepribadian seseorang.
Saat
gundah, seseorang bisa membuka kartu tarot lalu “membaca” kehidupannya.
Hal ini mirip dengan kejadian yang biasa terjadi di sekitar kita.
Ketika seseorang sedang resah, kemudian ia membuka (secara asal) kitab
suci atau buku, dia pasti merasa ada “sesuatu” berkenaan dengan apa yang
sedang dialaminya. Hal tersebut terjadi bila klien memang meyakininya
dan dapat mengorelasikan dengan pengalamannya. Tidak ada yang magic. Tidak ada yang mistik. Tidak ada yang kebetulan.
Banyak
ahli psikologi klasik mengatakan bahwa pikiran manusia terbentuk dari
pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Pikiran manusia itu ibarat gunung
es—ada sedikit bagian puncaknya tersembul di atas perairan dan sebagian
besar dasarnya berada di bawah perairan. Dari hal tersebut disimpulkan
bahwa perilaku manusia 88% dipengaruhi oleh pikiran bawah sadarnya
daripada pikiran sadarnya. Pikiran sadar berkaitan dengan fungsi
rasionalitas manusia, yaitu untuk mengidentifikasi, membandingkan,
menganalisis, dan memutuskan tentang sesuatu hal. Sedangkan pikiran
bawah sadar menyimpan keyakinan, nilai, persepsi, kebiasaan, emosi,
kepribadian, intuisi, kreativitas, dan semua memori yang terekam
sepanjang hidup manusia.
Tahukah
Anda, bahwa sikap dan perilaku kita senantiasa secara otomatis
digerakkan oleh pikiran bawah sadar? Dari kita bangun tidur hingga
kembali tidur lagi, pola hidup dan aktivitas kita sudah otomatis
berjalan seperti biasanya. Begitu pula cara kita berpikir, merasa, dan
merespons sesuatu. Itu semua secara otomatis terjadi dalam pikiran bawah
sadar yang memuat kebiasaan, nilai, keyakinan, kepribadian, juga emosi
dan memori yang telah terekam sebelumnya. Sehingga pikiran bawah
sadarlah yang memengaruhi sikap dan perilaku kita (kecuali kita ingin
mengubahnya dengan kesadaran).
Dengan
media kartu tarot, kita dapat menggali pikiran bawah sadar yang memang
mengungkap aspek-aspek kepribadian manusia. Saya percaya bahwa apa yang
tersimpan dalam pikiran bawah sadar manusia ibarat blue print atau software yang menjalankan segala aktivitas kehidupan manusia. Sehingga dari blue print itulah menghasilkan output tertentu—hukum sebab-akibat berjalan. Sama halnya program kebiasaan merokok yang dapat berakibat (output)
buruknya kesehatan manusia. Sama halnya program malas dan minder yang
akan berakibat pada buruknya masa depan manusia. Namun, banyaknya
program yang berjalan pada manusia, akan berakibat output yang berbeda pada tiap orang.
Begitu
juga media kartu tarot. Kartu ini dapat mengungkap sisi-sisi kehidupan
manusia, baik keadaan sebelum maupun yang sekarang sedang dialami klien.
Apakah itu sama dengan meramal masa depan? Bagi saya, hal tersebut
bukanlah meramal tetapi gambaran masa depan yang ditunjukkan oleh kartu
tarot merupakan hasil hubungan sebab-akibat, dari keadaan yang telah
terjadi dan sedang dialaminya sekarang. Sama halnya ketika para ahli
meteorologi melakukan prakiraan cuaca berdasarkan atas keadaan sekarang
dan sebelumnya. Oleh karena itu, kartu tarot akan “memberitahu” kepada
klien tentang akibat yang akan terjadi ketika sebab-sebab memang telah
terungkap. Sehingga klien dapat mengantisipasi langkah apa yang
sebaiknya dilakukan untuk kebaikan masa depannya. Ingat, masa depan yang
diungkap dalam kartu tarot bukanlah ramalan yang pasti terjadi. Namun,
dengan kesadaran dan antisipasi yang dilakukan klien maka ia dapat
meraih masa depan yang lebih baik. Apabila klien tidak memiliki
kesadaran dan tindakan, maka gambaran masa depan klien yang ditunjukkan
kartu tarot akan benar-benar terjadi.
Tarot Nusantara "The Real Art of Tarot"
Hisyam A. Fachri